Lagu ini menggambarkan keresahan terhadap kerusakan lingkungan yang terus terjadi akibat keserakahan manusia. Pohon yang tumbang, laut yang mengeruh, dan alam yang “merintih” menjadi simbol bahwa bumi perlahan kehilangan napasnya. Liriknya mengajak pendengar untuk berhenti sejenak, melihat apa yang sedang kita hancurkan dengan tangan kita sendiri, dan menyadari bahwa masa depan sebenarnya berada dalam genggaman kita, sehingga merawat bumi bukan pilihan, tapi keharusan.
Di balik nada peringatannya, lagu ini juga membawa pesan harapan dan tanggung jawab bersama. “Jaga nafas Ibu Bumi” menjadi seruan lembut namun tegas bahwa kehidupan kita, generasi sekarang hingga yang akan datang, bergantung pada kemampuan kita untuk berubah. Pertanyaannya sederhana namun menghantam: apa yang akan kita tinggalkan untuk masa depan jika kita terus menghancurkan bumi? Lagu ini mendorong kita untuk berhenti bersandar pada doa semata dan mulai mengambil tindakan nyata.