Lirik ini menggambarkan luka dan kelelahan seseorang yang terus dipaksa berubah demi memenuhi standar pasangannya. Kata-kata yang pernah diucapkan sang pasangan begitu membekas hingga menghancurkan kepercayaan diri dan membuatnya merasa tidak pernah cukup. Tokoh dalam lagu ini sadar bahwa apa pun yang ia lakukan tidak akan pernah membuatnya menjadi “dirinya”, sosok ideal yang diinginkan oleh pasangannya.
Makna terdalamnya adalah tentang menolak menjadi orang lain untuk mendapatkan cinta. Ia akhirnya menyadari bahwa permintaan maaf tidak lagi berarti apa-apa karena masalahnya bukan soal kesalahan kecil, melainkan tuntutan yang memaksa dirinya kehilangan jati diri. Lagu ini adalah penegasan bahwa cinta yang sehat seharusnya tidak meminta seseorang untuk berubah menjadi orang lain, dan bahwa ia berhak mencintai dirinya sendiri tanpa harus memenuhi standar yang bukan miliknya.