Lagu ini menggambarkan seseorang yang terseret masuk ke perasaan intens begitu ia bertemu sosok yang terasa akrab, meski momen itu terjadi di tengah suasana kacau dan tak terduga. Hujan, dekorasi yang mengganggu, dan keramaian yang terasa seperti hutan menjadi simbol bagaimana dunia luar perlahan memudar. Yang tersisa hanya tarikan kuat dari kehadiran orang itu, membuatnya lupa waktu dan hanyut dalam sensasi yang sulit dijelaskan.
Saat masuk ke pengakuan bahwa orang tersebut bisa tinggal di “istana pikirannya,” lagu ini berubah menjadi gambaran betapa dalamnya ia membiarkan sosok itu masuk ke ruang batinnya. Ada kerentanan, pertengkaran, kesalahan, dan batasan yang telah ia lewati, namun semuanya terasa indah ketika disandingkan dengan perasaan yang kini ia alami. Lagu ini menggambarkan kondisi ketika seseorang membiarkan dirinya tenggelam dalam ketertarikan dan membiarkan yang hadir menetap jauh di dalam pikirannya, sementara dunia luar tidak lagi berarti.